FARMASETIKA: Praktikum Pembuatan Tablet Granulasi Basah dan Tablet Kempa Langsung

Soal dan Jawaban Responsi

1. Apa perbedaan metode pembuatan tablet kempa langsung dan granulasi basah?
Jawab:
Pembuatan Tablet dengan metode kempa langsung adalah metode yang dilakukan jika jumlah zat aktif per tabletnya cukup untuk dicetak, zat aktif memiliki sifat alir yang baik dan zat aktif berbentuk kristal free flowing. Sedangkan metode granulasi basah dilakukan dengan tujuan meningkatkan aliran campuran dan atau kemampuan kempa. Metode ini dilakukan dengan mencampurkan zat aktif, pengisi dan penghancur sampai homogen, dibasahi dengan larutan pengikat kemudian dikeringkan kembali (Handayani, 2015)

2. Apa saja keuntungan dan kerugian penggunaan metode kempa langsung?
Jawab:
Keuntungan metode kempa langsung yaitu:
  • Lebih ekonomis karena validasi proses lebih sedikit 
  • Lebih singkat prosesnya karena langkah yang dilakukan lebih sedikit, waktu, tenaga dan mesin juga lebih sedikit 
  • Dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan tidak tahan lembab 
  • Waktu hancur dan disolusinya lebih baik karena tidak melewati proses granulasi tetapi langsung menjadi partikel
Kerugian metode kempa langsung yaitu:
  • Dapat terjadi stratifikasi yang menyebabkan kurang seragamnya kandungan zat aktif dalam tablet 
  • Zat aktif dengan dosis yang besar tidak mudah dikempa langsung 
  • Sulit dalam memilih excipient karena harus memiliki sifat mudah mengalir, memiliki kompresibilitas, kohesivitas dan adhesivitas yang baik 
  • Dapat terjadi interaksi antara zat pengisi dan zat lainnya sehingga tablet menguning 
  • Aliran statik dapat terjadi pada obat selama pencampuran sehingga pemeriksaan perlu dilakukan secara rutin (Chaerunnisa, 2009)
3. Apa saja keuntungan dan kerugian penggunaan metode granulasi basah?
Jawab:
Keuntungan metode granulasi basah yaitu:
  • Memperoleh aliran yang lebih baik 
  • Meningkatkan kompresibilitas 
  • Mendapatkan berat jenis yang sesuai 
  • Mengontrol pelepasan 
  • Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses 
  • Memperbaiki distribusi keseragaman kandungan
Kerugian metode granulasi basah yaitu:
  • Banyak tahap yang diperlukan pada proses produksi yang harus divalidasi 
  • Biaya cukup tinggi 
  • Zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan pemanasan tidak dapat dikerjakan dengan cara ini
                        • (Chaerunnisa, 2009)
4. Apa saja kerusakan yang dapat terjadi saat pencetakan tablet menggunakan metode kempa langsung?
Jawab:
Kerusakan-kerusakan tablet pada pembuatannya yaitu:
a. Binding
Kerusakan tablet akibat massa yang akan dicetak melekat pada dinding cetakan.
b. Sticking/Picking
Pelekatan yang terjadi pada punch atas dan bawah karena permukaan punch tidak licin pencetak masih ada lemaknya zat pelicin kurang atau massa basah.
c. Whiskering
Pelelehan zat aktif pada tekanan tinggi karena pencetak tidak pas dengan ruang cetakan sehingga pada penyimpanan dalam botol Sisi tablet yang berlebih akan lepas dan menghasilkan serbuk. 
d. Spitting dan Capping
Spitting adalah lepasnya lapisan tipis dari permukaan tablet terutama pada bagian tengah. Capping adalah membelahnya tablet pada bagian atas.
e. Motling
Terjadi karena zat warna tersebar tidak merata pada permukaan tablet.
f. Crumbling
Tablet menjadi retak dan rapuh penyebabnya karena kurangnya tekanan pada pencetakan tablet dan Kurangnya zat pengikat.
                                                                    (Syamsuni, 2005)

5. Sebutkan apa saja evaluasi yang dilakukan untuk sediaan tablet, beserta hasil yang diinginkan!
Jawab:
Evaluasi yang dilakukan pada tablet yaitu:
a. Uji Waktu Hancur
Tablet tidak bersalut: tidak kurang 16 dari 18 tablet harus hancur sempurna selama 15 menit.
Tablet bersalut bukan enterik: tidak kurang 16 dari 18 tablet harus hancur sempurna dalam waktu 30 menit.
Tablet Salut enterik: tidak kurang 16 dari 18 tablet hancur sempurna dalam 1 jam.
Tablet bukal: tidak kurang 16 dari 18 tablet harus hancur sempurna dalam 4 jam.
(Depkes RI, 1995)

b. Keseragaman Ukuran 
Kecuali dinyatakan lain diameter tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 tebal tablet (Depkes RI, 1979)

c. Keseragaman Bobot 
20 tablet diuji tidak boleh ada lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga pada kolom A dan tidak 1 tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B.
Keseragaman bobot tablet

                                                                                                                                        (Depkes RI, 1979)

d. Kekerasan Tablet 
Tablet harus cukup keras untuk tahan pecah pada waktu proses penanganan atau pembuatan, pengemasan, dan transportasi. Dalam bidang industri kekuatan tekanan minimum yang sesuai untuk tablet adalah 4 gram (Ansel, 1989).

e. Friabilitas dan fleksibilitas 
Tablet yang baik memiliki friabilitas <1% (Ansel, 1989).

6. Sebutkan alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan tablet
Jawab:
Alat yang digunakan dalam pembuatan tablet yaitu:
Alat pencetak tablet, oven, pipet tetes, labu ukur, gelas ukur, gelas kimia, batang pengaduk, timbangan analitik, ayakan, mortir stamper, dan kertas perkamen (Suhery 2016)

Bahan yang digunakan dalam pembuatan tablet yaitu:
a. Bahan pengisi (diluent) : Laktosa, pati, kalsium fosfat, selulosa
b. Bahan pengikat (binder) : gom akasia, gelatin, povidon, CMC, sukrosa, metilselulosa
c. Bahan penghancur (disintegran) : pati, asam alginat, selulosa mikrokristal, dan povidon
d. Bahan pelicin (lubricant) : PEG, garam lauril sulfat
e. Glidan : Silika pirogenik koloidal
f. Bahan penyalut (coating) 

                                                                                                                                         (Handayani, 2015)


Daftar Pustaka

Handayani, Dyah Wuri. 2015. Ilmu Resep Teori 3. Yogyakarta: Deepublish.

Chaerunnisa, Anid. dkk. 2009. Farmasetika dasar. Bandung: Widya Padjajaran.

Syamsuni, H. 2005. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta: ECG.

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Kementrian Kesehatan.

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Kementrian Kesehatan.

Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI Press.

Suhery, Wira Noviana. dkk. 2016. Perbandingan Metode Granulasi Basah dan Kempa Langsung Terhadap Sifat Fisik dan Waktu Hancur ODTs Piroksikam. Jurnal Sains dan Farm.Klin 2(2): 138.



Comments

Paling banyak dilihat

Tabel Angka Romawi 1-100 beserta Cara Pengucapannya dalam Bahasa latin

Cara Membuat Mucilago Untuk Emulsi Pada Sediaan Farmasi

Jurnal Praktikum Ilmu Resep. Resep: 5